READ MORE
1Upacara Apem Yaawiyuu
Perayaan
Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan
lokal dan mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar
Jatinom, menunggu acara sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai
salat Jumat. Untuk tahun ini sebanyak 5 ton kue apem yang diperebutkan
para pengunjung.
Menurut
kepercayaan orang banyak, apem yaaqowiyuu yang artinya Tuhan mohon
kekuatan itu bisa untuk tumbal, tolak bala, atau syarat untuk berbagai
tujuan. Bagi petani, bisa untuk tumbal sawah agar tanaman selamat dari
segala bencana dan hama penyakit.
Bahkan,
ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu
sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu
ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan
tradisional yang lain.
Maka,
tak heran jika pada puncak acara peringatan yaaqowiyuu ini pengunjung
melimpah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
dan Jawa Timur. Acara tradisi budaya tersebut digelar untuk mengenang
jasa Ki Ageng Gribig, tokoh ulama penyebar agama Islam di Jawa, yang
menetap dan meninggal di Jatinom.
Asal
muasal kue apem itu dari Mekah yang dibawa Ki Ageng Gribig untuk
oleh-oleh anak cucunya. Karena tidak cukup, maka Nyi Ageng Gribig
membuat apem lagi sekaligus untuk dibagikan kepada penduduk Jatinom.
Sejak itu orang daerah ini ikutan membuat apem untuk selamatan. Perayaan
yaqowiyu di Jatinom, diharapkan menjadi salah satu objek wisata menarik
di Klaten.
Upacara
ini mulai pertama kali berbentuk majelis pengajian yang dikunjungi oleh
umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom. Upacara ini
diselenggarakan setiap tahun sekali pada hari Jumat pertengahan bulan
Sapar. Adanya Upacara ini dinamakan Yaqowiyu diambil dari doa Kyai Ageng
Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi : Ya qowiyu Yaa Assis
qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin, yang artinya : Ya
Tuhan berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin, doa tamu
itu dihormati dengan hidangan kue roti, dan ternyata hidangannya kurang,
sedang tamunya masih banyak yang belum menerimanya.
Nyai
Ageng segera membuat kue apem yang masih dalam keadaan hangat untuk
dihidangkan kepada para tamu undangan tersebut. Majelis pengajian ini
sampai sekarang setiap tahunnya masih berjalan, yang dilakukan pada
malam Jumat dan menjelang sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar,
setiap tahunnya Doa Kyai Ageng Gribig itu dibacakan dihadapan hadirin,
para pengunjung kemudian menyebutkan Majelis Pengajian itu dengan
sebutan nama : ONGKOWIYU yang dimaksudkan JONGKO WAHYU atau mencari
wahyu. Kemudian oleh anak turunnya istilah ini dikembalikan pada aslinya
yaiut YAQOWIYU.
Sedanng
di lokasi ini terdapat juga peninggalan Kyai Ageng Gribig berupa : gua
Belan, Sendang Suran, Sendang Plampeyan dan Oro oro Tarwiyah. Disamping
itu masih ada satu peninggalan yaitu Masjid Alit atau Masjid Tiban.
Perlu kiranya ditambahkan disini bahwa sepulangnya Kyai Ageng Gribig
dari Mekah tidak hanya membawa apem saja tetapi juga membawa segenggam
tanah dari Oro oro Arofah dan tanah ini ditanamkan di Oro oro Tarwiyah.
Adapun Oro oro ini disebut Tarwiyah karena tanah dari Mekah yang ditanam
Kyai Ageng Gribig yang berasal dari Padang Arofah ketika beliau sedang
mengumpulkan air untuk bekal untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8
bulan Dzulhijah. Dari tanggal 8 Dzulhijah ini dinamakan Yaumul Tarwiyah
yang artinya pada tanggal itu para jamaah Haji mengumpulkan air sebanyak
banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah
Tahun
ini peringatan tersebut berlangsung hari Kamis (28 Januari 2010)
kemarin. Rangkaian acaranya diawali gunungan apem tersebut diarak
rombongan orang dari halaman Kantor Kecamatan Jatinom, dengan rute jalan
protokol menuju Masjid Alit hingga Masjid Gedhe yang menjadi tempat
dimakamkannya Ki Ageng Gribig. Jalur Kirab Gunungan Apem tahun ini lebih
panjang daripada jalur tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya,
Gunungan Apem melintasi Balaikelurahan Jatinom, akan tetapi pada tahun
ini kirab, melintasi jalan protokol. Rombongan terdiri atas grup drum
band dari SMPN 1 Jatinom, grup reog, jajaran pejabat Pemkab Klaten yang
terdiri atas perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta
sejumlah camat yang berpakaian jawa.Sebelum sampai di Masjid Gedhe,
kedua gunungan apem mampir sebentar di Masjid Alit. Di masjid ini,
rombongan disambut H Sukamto, salah seorang pengurus masjid.
Di
masjid ini pula, dibacakan doa yang dipimpin langsung H Sukamto. Dalam
doanya, dia berharap Kirab Gunungan Apem membawa berkah bagi semua warga
di Jatinom.
Sesampainya
di Masjid Gedhe, kegiatan penyerahan gunungan apem kepada keturunan ki
Ageng Gribig, keluarga Murtadho Purnomo dilakukan. Penyerahan apem
diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Bapak Drs H Indarwanto
MM kepada keluarga Murtadho Purnomo. Di masjid inilah, dua buah gunungan
itu beristirahat selama semalam.
dengan nyekar
ke makam Ki Ageng Gribig dan dilanjutkan dengan pengajian di Masjid
Gedhe peninggalan sang kyai pada hari Kamis sebelumnya. Puncak acara
dimulai dengan shalat Jumat bersama di Masjid Gedhe. Selesai jumatan, gunungan lanang,dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan gunungan wadon,
dikenal dengan nama Nyi Kiyat, yang telah disemayamkan semalam di dekat
masjid, diarak menuruni tangga menuju panggung di lapangan Sendang
Plampeyan (tanah lapang di pinggir Kali Soka, di selatan masjid dan
makam Ki Ageng Gribig).
Arak-arakan
terdiri dari peraga Ki Ageng Gribig, Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum,
Muspida, kedua gunungan, putri domas, dan para pengawal. Kemudian peraga
Ki Ageng Gribig memimpin doa bersama. Selanjutnya, dia menyerahkan apem
yang ditempatkan dalam panjang ilang (keranjang terbuat dari janur) kepada Bupati Klaten. Bupati mengawali upacara penyebaran dengan melempar apem dalam panjang ilang
kepada pengunjung. Kemudian, petugas penyebar yang berada di dua menara
segera mengikutinya dengan melemparkan ribuan apem. Ribuan pengunjung
pun tanpa dikomando berebut apem, bahkan sampai terinjak kakinya atau
bertabrakan gara-gara ingin menangkap apem. Suasana rebutan apem
benar-benar meriah. Dalam waktu singkat 4 ton apem sumbangan dari para
warga sekitar habis tak tersisa.
Group drum band SMP N 1 Jatinom yang ikut memeriahkan perayaan Yaaqowiyu
Grup reog yang ikut memeriahkan perayaan Yaaqowiyuu
Jajaran pejabat Pemkab Klaten yang terdiri atas perwakilan SKPD serta sejumlah camat yang berpakaian beskap
Penyerahan apem diwakili oleh Bpk Drs , Bapak Drs H Indarwanto M.M ( Sekda Klaten)
kepada keluarga Murtadho Purnomo.
Sambutan Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum pada Perayaan Yaaqowiyuu
Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum pada Perayaan Yaaqowiyuu Nyekar di makam Ki Ageng Gribig
Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum mengawali upacara penyebaran
dengan melempar apem dalam panjang ilang kepada pengunjung
Gunungan apem lanang,dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan gunungan apem wadon, dikenal dengan nama Nyi Kiyat
Suasana rebutan apem di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom benar-benar meriah,ribuan pengunjung berebut apem
Makna Kue Apem :
Menurut
kepercayaan orang banyak, apem yaaqowiyuu yang artinya Tuhan mohon
kekuatan itu bisa untuk tumbal, tolak bala, atau syarat untuk berbagai
tujuan. Bagi petani, bisa untuk tumbal sawahnya menjadi subur dan
tanaman padi selamat dari segala bencana dan hama penyakit, bagi
Pedagang agar supaya dagangannya laris bahkan, ada yang percaya siapa
yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan
memperoleh rezeki melimpah.
Sejarah YaqowiyuUpacara Yaqowiyu dimulai dari pengajian yang diadakan oleh Kyai Ageng Gribig yang pada saat mengakhiri acara selalu memanjatkan doa “Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin”, untuk memohon kekuatan terhadap kaum muslim. Untuk menghormati para tamu, maka dibuatlah hidangan kue apem dan makanan kecil lainnya. , yang diadakan setiap bulan Jawa pada Safar. Oleh penduduk Jatinom Klaten sering disebut dengan Saparan. Upaca Yaqowiyu ditandai dengan penyebaran kue apem, bahasa arab “affan” yang bermakna ampunan tujuannya agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada sang pencipta. sebuah kue bundar dari tepung beras dengan potongan kelapa ditengahnya. Kue apem disebarkan dari menara masjid. Penyusunan gunungan apem itu juga ada artinya, apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3 maksudnya jumlah rakaat dalam shalat isa/ subuh/ zuhur/ ashar/ dan magrib.( menurut sejarah suatu hari di bulan sapar ki ageng gribig yang merupakan keturunan prabu brawijaya kembali dari perjalanannya ke tanah suci ia membawa oleh-oleh 3 buah makanan dari sana. Sayangnya saat akan dibagikan kepada penduduk, jumlahnya tak memadai bersama sang istri iapun membuat kue sejenis. Kue-kue inilah yang kemudian disebarkan kepada penduduk setempat/ yang berebutan mendapatkannya sambil menyebarkan kue-kue ini iapun meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “tuhan berilah kekuatan” Dipercayakan kue apem ini mempunyai kekuatan supranatural yang membawa kesejahteraan bagi yang berhasil mendapatkannya. Perayaan yang dipusatkan di kompleks makam Kyai Ageng Gribig ini biasanya dihadiri Bupati beserta pejabat Kabupaten Klaten agar lebih meramaikan suasana dan mendekatkan diri kepada rakyat
pernah kesini waktu tak ada apem yaqowiyyu dan jalan jalan di tepi sungai itu>>>
ReplyDeletesempat juga pas ada acara di ikuti oleh gubernur Jateng